Hallo Sobat Pegi!
Masyarakat Jawa punya cara unik untuk mengungkapkan rasa syukur, salah satunya lewat tradisi Saparan. Tradisi ini biasanya jatuh pada bulan kedua dalam penanggalan Jawa dan menjadi momen untuk mengungkapkan rasa syukur serta mempererat tali persaudaraan.
Tradisi yang terus berkembang seiring waktu merupakan hasil dari kreativitas manusia. Tradisi mencakup berbagai aspek kehidupan, mulai dari pengetahuan dan kepercayaan hingga seni, moral, dan kebiasaan sehari-hari.
Apa sebenarnya tradisi Saparan itu? Mari kita simak penjelasan lengkapnya dalam artikel ‘Tradisi Saparan dalam Budaya Masyarakat Jawa di Desa Girirejo Ngablak’ yang ditulis oleh mimin dan dimuat di Pesona Girirejo.com .”
Saparan sendiri merupakan tradisi leluhur masyarakat Jawa yang masih dilestarikan hingga kini. Perayaan ini memiliki makna filosofis yang mendalam, yaitu sebagai bentuk syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dan penghormatan terhadap alam.
“Saparan” erat kaitannya dengan penanggalan Jawa. “Sapar” merujuk pada bulan kedua dalam penanggalan Jawa atau yang setara dengan bulan Sya’ban dalam penanggalan Hijriyah. Jadi, secara harfiah, “Saparan” dapat diartikan sebagai “perayaan pada bulan Sapar”
Di Girirejo sendiri Suasana hangat terasa di setiap sudut kampung pada hari Saparan. Mereka mengundang kerabat dan teman untuk berkunjung ke rumah masing-masing, berbagi makanan, dan bercerita. Tradisi ini menjadi momen yang dinantikan setiap tahun untuk mempererat tali silaturahmi masyarakat Girirejo.
Rangkaian acara Saparan meliputi sedekah bumi, kirab tumpeng agung, kenduri 400 tumpeng ingkung & Kembul Bujono, pagelaran wayang kulit, dan Ngebyar yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat. yuk langsung aja ke penjelasan lengkapnya :
Sedekah Bumi merupakan tradisi masyarakat Jawa untuk mengungkapkan rasa syukur kepada Tuhan atas hasil panen yang melimpah serta sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur. Acara ini diisi dengan berbagai kegiatan yang melibatkan seluruh warga desa, seperti pembuatan gunungan, kirab gunungan, doa bersama, makan bersama, dan pagelaran seni.
Kirab tumpeng agung merupakan prosesi arak-arakan tumpukan nasi kuning berbentuk kerucut yang dihias indah, melambangkan puncak penghormatan kepada Tuhan dan kemakmuran alam semesta dalam perayaan Saparan.
Acara ini melibatkan pembuatan ratusan tumpeng sebagai simbol syukur yang sangat besar. Selain sebagai ungkapan syukur, kenduri 400 tumpeng juga berfungsi untuk memperkuat rasa solidaritas dan melestarikan budaya.
Pagelaran wayang kulit merupakan perpaduan antara tradisi, spiritualitas, dan hiburan. Melalui pagelaran ini, masyarakat tidak hanya menikmati keindahan seni, tetapi juga memperoleh nilai-nilai luhur yang dapat menjadi pedoman hidup.
Ngebyar adalah serangkaian kegiatan meriah yang dilaksanakan saat perayaan Saparan. Meskipun disebut ngebyar, namun isi dan bentuk acara ini dapat berbeda-beda di setiap daerah. Yang terpenting adalah semangat kebersamaan dan kegembiraan dalam merayakan Saparan.
“Pesona Girirejo” Kuliah Kerja Nyata
Sekolah Tinggi Multimedia Yogyakarta
© 2024 KKN STMM Yogyakarta Kelompok 11 All Rights Reserved.